Cek Data: UU Kesehatan Hapus Anggaran Wajib, Bagaimana di Negara Lain?

Reza Pahlevi
17 Juli 2023, 06:20
Sejumlah petugas kesehatan melayani warga saat pelaksanaan layanan kesehatan gratis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Mas Kadiran, Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/7/2023). Polda Sumut menggelar layanan kesehatan gratis bagi masyarakat terutama warga ku
ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/aww.
Sejumlah petugas kesehatan melayani warga saat pelaksanaan layanan kesehatan gratis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Mas Kadiran, Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/7/2023).

Salah satu pasal kontroversial dalam omnibus law UU Kesehatan yang baru disahkan adalah hilangnya anggaran wajib atau mandatory spending kesehatan. Dalam UU lama, besaran anggaran minimal yang wajib disiapkan adalah 5% dari APBN dan 10% dari APBD. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, yang menjadi pertimbangan pemerintah menghapus kewajiban ini adalah besarnya belanja kesehatan tidak berdampak langsung pada kesehatan penduduk di suatu negara. 

Dia mencontohkan Kuba dan AS yang angka harapan hidupnya sama, tapi pengeluaran kesehatannya jauh berbeda.

Kontroversi

Pernyataan Budi tersebut disampaikan usai sidang paripurna pengesahan UU Kesehatan pada Selasa, 11 Juli 2023. Menurutnya, Indonesia tidak perlu meniru negara-negara lain yang membuang banyak uang, tapi tidak memberikan dampak signifikan.

Dia menyebutkan data rata-rata usia hidup penduduk di Amerika Serikat (AS) yang sama dengan Kuba, yaitu 80 tahun. Namun, pengeluaran kesehatan kedua negara ini jauh berbeda. Di AS, pengeluaran kesehatan per kapita mencapai US$12 ribu per tahun, sedangkan Kuba hanya US$1.900 per tahun. 

Sementara itu, di Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang tingkat pengeluaran per kapitanya lebih rendah rata-rata harapan hidupnya masih lebih tinggi dibandingkan AS. Di Jepang pengeluaran per kapitanya sebesar US$8.400, Korea Selatan US$3.600, dan Singapura hanya US$2.800 per tahun.

“Apa yang kami pelajari? Tidak ada data yang membuktikan makin besarnya belanja kesehatan, derajat kesehatan semakin baik,” kata Budi di Gedung DPR.

Dia melanjutkan, Indonesia akan membutuhkan dana luar biasa besar jika ada kewajiban alokasi anggaran. Jika ingin menyamai AS, Indonesia perlu menambah pengeluaran hingga US$11 ribu per tahun. Jika dikali 270 juta penduduk, anggaran tersebut dapat mencapai puluhan triliun dolar AS.

Faktanya

Data yang disampaikan Budi mengacu pada besaran pengeluaran kesehatan atau health expenditure di masing-masing negara. Mengutip WHO, data health expenditure memasukkan semua pengeluaran suatu negara untuk layanan kesehatan; aktivitas keluarga berencana; dan bantuan darurat untuk kesehatan. 

Pengeluaran belanja ini tidak hanya bersumber dari belanja pemerintah, tetapi juga pengeluaran swasta. Pengeluaran swasta ini termasuk pengeluaran langsung rumah tangga, asuransi kesehatan, korporasi, dan organisasi nonpemerintah. 

Perbandingan pengeluaran kesehatan per kapita di AS dan Kuba memang terpaut jauh. Data WHO menunjukkan, pengeluaran kesehatan AS mencapai US$11.702 pada 2020, tertinggi di antara negara lainnya. Sementara, pengeluaran kesehatan per kapita Kuba hanya sebesar US$1.186 pada 2020.

Dengan pengeluaran yang jauh berbeda ini, angka harapan hidup saat lahir Kuba justru lebih tinggi tipis daripada AS. Angka harapan hidup Kuba selama 77,6 tahun dan AS tercatat 77,4 tahun pada 2020, menurut data World Population Prospects 2022.

Tiga negara lain yang disebut menteri kesehatan yaitu Jepang memiliki pengeluaran kesehatan per kapita sebesar US$4.388 dengan harapan hidup 84,7 tahun, Korea Selatan US$2.642 dengan harapan hidup 83,6 tahun, dan Singapura US$3.537 dengan harapan hidup 82,9 tahun.

Meski data yang kami kutip ini berbeda dengan yang disebut Budi Sadikin, masalahnya tetap sama. AS dinilai terlalu banyak menghabiskan uang untuk kesehatan, sementara angka harapan hidupnya kalah dari negara-negara yang pengeluaran kesehatannya lebih rendah.

Kendati demikian, data ini tidak serta merta menjadi pembenaran penghapusan mandatory spending. Kondisi kesehatan penduduk di AS memang anomali di antara negara-negara berpendapatan tinggi lainnya.

Ketika negara-negara kaya lain dapat meningkatkan angka harapan hidupnya seiring dengan peningkatan pengeluaran kesehatan. Kondisi sebaliknya terjadi di negara Paman Sam tersebut. Angka harapan hidup penduduk di AS justru melandai, dan tidak mampu menembus level 80 tahun seperti kebanyakan negara-negara kaya.

Ada beberapa penyebabnya. Pendiri Our World in Data, Max Roser menyebutkan sejumlah faktor seperti tingginya obesitas, prevalensi perokok, tingkat pembunuhan, ketimpangan ekonomi, dan rendahnya jaminan kesehatan nasional membuat angka harapan hidup di AS melandai. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...